Bagaimana Sebaiknya Membeli Bahan Bangunan?

Bagaimana Sebaiknya Membeli Bahan Bangunan?

Produk bahan bangunan yang dijajakan di sebuah pameran (foto dok. housingestate)


Seorang arsitek kepada AyoProperti pernah menyatakan, kalau mau membeli bahan bangunan sebaiknya di toko atau sentra bahan bangunan yang terdekat dengan rumah Anda. Bila membelinya di toko atau sentra bahan bangunan yang jauh dari rumah, selain beda harganya tidak banyak, Anda juga harus keluar biaya transportasi yang besar. Selain itu dengan membeli di toko atau sentra bahan bangunan terdekat, bila suatu waktu perlu penggantian, Anda juga lebih mudah mendapatkannya. Kalau bahan bangunan yang dicari tidak ada di toko atau sentra bahan bangunan terdekat, baru cari ke sentra lain yang lebih jauh.

Yang perlu diperhatikan saat membeli bahan bangunan adalah harganya selain kualitas. Kecuali di supermarket bahan bangunan, pedagang umumnya tidak mencantumkan harga barang yang dijualnya. Kalaupun ada, biasanya harga sebelum diskon. Jadi, bila kesengsem dengan sebuah produk, jangan langsung dibeli. Cari tahu dulu pasarannya dengan menyambangi beberapa toko bahan bangunan yang menjual produk sejenis dan sekelas. Setelah mendapat gambaran, baru beli. Perbandingan dilakukan apple to apple. Misalnya, keramik lantai seri A dengan corak dan warna B dari merek C, harus dibandingkan dengan keramik dengan seri, corak, dan warna dari merek yang sama di toko lain.

Kemudian jangan sungkan menawar. Terlebih untuk produk seken seperti saniter yang tidak jelas standar harganya. Cari tahu pasaran harga barunya. Kalau setelah ditawar harga yang dipatok pedagang tetap tak banyak beda dengan yang baru, mending beli yang baru. Harga wajar produk bekas paling mahal mestinya tidak lebih dari 60 persen harga barunya tergantung usia pakai. Mencari perbandingan harga itu makin penting karena awam sulit mengetahui kualitas sebuah produk.

Baca Juga: Cari Bahan Bangunan yang Lengkap, Di Sini Tempatnya

Keramik lantai dan dinding misalnya, memang punya standar KW1, KW2 dan KW3 yang menunjukkan tingkat presisi dan ketahanannya terhadap benturan, gores dan noda. Makin presisi sebuah produk keramik, kian mahal harganya. Karena itu ada keramik uncutting (tidak disisir lagi keempat sisinya setelah keluar dari cetakan), ada yang di-cutting (disisir lagi setelah tercetak sehingga lebih presisi dan halus natnya).

Sementara ketahanannya terhadap benturan, gores dan noda ditentukan oleh kualitas pembakarannya. Makin tinggi dan makin lama pembakarannya makin baik kualitasnya. Masalahnya, sangat sedikit konsumen yang mengetahui ciri-ciri keramik berkualitas. Umumnya kita sulit membedakan keramik KW1 dengan KW2 dan KW3. Apalagi, definisi KW1 – KW3 itu bisa berbeda antara satu produsen dan yang lain. Yang disebut KW1 oleh satu produsen bisa dinilai KW2 atau KW3 oleh produsen lain. Menurut seorang pemilik toko keramik di Fatmawati yang tidak mau disebutkan namanya, konsumen memang tidak paham beda KW1 dengan KW2 atau KW3. "Tergantung kejujuran pedagang saja soal kualitas produknya," katanya. Sebagian produsen memberi tanda di kemasannya untuk membedakan kualitas produknya. Misalnya, KW1 warna kardusnya merah, KW2 warna kardusnya hitam. Ataua KW3 warna kardusnya coklat polos, KW1 dan KW2 warna yang lain lagi.

Yang lebih sulit lagi mencari tahu perbandingan harga produk seperti gordin, vitrase, lighting dan furniture, karena setiap produk cenderung spesifik. Harga tidak hanya tergantung bahan, tapi juga corak, warna, desain, bentuk dan ukuran. Karena itu sangat ideal kalau bisa berkonsultasi atau mengajak orang yang mengerti tentang sebuah produk bahan bangunan sebelum membeli. Atau membeli di toko-toko yang sudah dikenal reputasinya dalam perdagangan produk tersebut.


Dapatkan berita update AyoProperti.com di Google News


Read more stories:

10 Faktor Penentu Harga Rumah 4

10 Faktor Penentu Harga Rumah 3

10 Faktor Penentu Harga Rumah 2

10 Faktor Penentu Harga Rumah 1

Beli Properti untuk Investasi Sebaiknya Tunai atau Kredit?