Musim hujan sudah mulai datang kendati masih sporadis. Kalau pada musim kemarau orang mengeluh kepanasan, saat musim hujan orang direpotkan dengan atap rumah yang bocor. Biasanya yang kerap mengalaminya rumah dengan penutup atap genteng (keramik dan beton). Apalagi bentuk genteng sekarang cenderung flat, mengikuti tren gaya rumah modern simpel. Padahal hujan kian ekstrim disertai angin kencang sehingga atap makin rentan bocor. Karena itu sejak awal pastikan pemasangan atap dilakukan secara cermat dan seksama, bukan sekedar indah. Mengutip produsen bahan bangunan dan arsitek, beberapa hal di bawah ini perlu diperhatikan dalam pemasangan atap agar tidak bocor.
Teritisan
Atap rumah di iklim tropis seperti Indonesia sebaiknya memiliki teritisan untuk mencegah tampias saat hujan. Teritisan (overstek) adalah bidang atap yang menjorok ke luar. Bentuknya bisa berupa perpanjangan atap utama atau atap parsial seperti kanopi. Teritisan melindungi dinding rumah dan bukaannya seperti jendela dan lubang ventilasi, dari hujan dan sinar matahari langsung. Lebar teritisan yang efektif (dari dinding) sekitar 1 meter atau lebih dengan posisi miring agar cepat mengalirkan air. Tritisan parsial berupa dak beton datar di atas jendela yang kerap diadakan di banyak rumah saat ini, kurang efektif mencegah tampias kecuali ukurannya cukup lebar dan dibuat agak miring.
Kemiringan atap
Atap rumah harus didesain miring agar cepat mengalirkan air ke talang. Bentuk atapnya bisa pelana, perisai, limasan, miring ke salah satu sisi, dak beton, atau yang lain sesuai selera dan desain rumah. Setiap jenis atap memiliki term and condition dalam hal kemiringan, pilihan rangka dan genteng, serta bentuk sambungannya, agar efektif menepis bocor. Produsen genteng biasanya memberikan panduannya. Simak baik-baik saat mendesain dan memasang atap. Fancy Halim Ishak, Dirut PT Cerarufindo Primamandiri, produsen bahan bangunan dan genteng keramik Karangpilang, menyarankan kemiringan atap genteng minimal 30 derajat terpasang. “Kemiringan 30 derajat itu jangan dilanggar, karena risiko bocor dan rembes lebih besar, terutama saat hujan lebat dan cuaca ekstrim. Lebih-lebih kalau gentengnya flat dengan overlapping (tumpang tindih antar-keping genteng) kecil,” katanya. Bila kemiringan atap kurang dari 30 derajat, air hujan lambat mengalir ke talang. Air yang tidak segera turun akan mencari celah sekecil apapun.
Lurus dan Rata
Pastikan aplikasi penutup atap seperti genteng pada rangka atap lurus dan rata tanpa area cekung atau cembung, dengan genteng terpasang secara solid, rapi, dan tidak retak.
Sambungan
Sambungan pada pertemuan antar-bidang atap atau wuwungan adalah sumber utama rembes atau bocor. Makin banyak sambungan kian besar potensi bocor dan rembes. Atap pelana berbentuk V terbalik paling sedikit sambungannya, hanya satu wuwungan (nok). Karena itu paling ideal mengurangi risiko bocor pada atap. Sebaliknya atap perisai dan limasan lebih banyak wuwungannya sehingga lebih tinggi pula risiko bocornya. Sebab itu perlu lebih cermat dan seksama merencanakan dan memasang atap bergaya perisai dan limasan. Selama ini untuk menutup wuwungan, orang memakai atap nok yang direkatkan dengan adukan semen-pasir ke bidang genteng utama, membentuk area karpusan berwarna abu-abu semen. Selain membuat tampilan atap kurang indah, karpusan itu juga lama-lama bisa retak dan menjadi sumber bocor. Sekarang produsen genteng menyediakan lapping tile sebagai pengganti atap nok konvensional itu. Tampilan wuwungan pun lebih bersih dan rapi tanpa adukan semen. Ada juga genteng talang jurai berbentuk V (valley) pengalir air di lembah atap pada desain atap kombinasi perisai-pelana. Jadi, tidak perlu lagi memakai karpet plastik dan seng yang tidak tahan cuaca dan kurang elok dilihat sebagai alas pengalir air di lembah atap.
Dapatkan berita update AyoProperti.com di Google News
Read more stories:
Begini Caranya Agar Pagar Rumah Kembali Segar
Ini Yang Harus Dilakukan Bila Atap Rumah Kerap Bocor
Beli Rumah Saat Bujangan atau Setelah Menikah?
