Backlog itu Apaan Sih?

Backlog itu Apaan Sih?

Ilustrasi


Kita sering sekali mendengar pejabat pemerintah yang menangani urusan perumahan berulang-ulang mengatakan, betapa besarnya housing backlog di Indonesia. Ucapan itu kemudian dikutip oleh para pemangku kepentingan di bidang perumahan lainnya termasuk para developer real estate dan Presiden dalam aneka kesempatan. Saat ini housing backlog itu disebut sekitar 11,37 juta unit, dibanding lima tahun sebelumnya yang 13,5 juta unit. Karena itu pemerintah mendorong semua pemangku kepentingan di bidang perumahan bekerja sama menurunkan housing backlog tersebut. Sebenarnya housing backlog itu apaan sih?

Dikutip dari ppdpp.id, backlog rumah adalah salah satu indikator yang digunakan pemerintah untuk mengukur jumlah kebutuhan rumah di Indonesia. Hal itu tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) di bidang perumahan. Backlog rumah dapat diukur dari dua perspektif: dari sisi kepenghunian dan dari sisi kepemilikan.

Backlog kepenghunian rumah dihitung dengan mengacu pada konsep perhitungan ideal. Yaitu, 1 (satu) keluarga menghuni 1 (satu) rumah. Rumus yang digunakan untuk menghitung backlog rumah dari perspektif ini adalah: ∑Keluarga – ∑Rumah. Dalam lampiran Buku 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, ditetapkan baseline backlog kepenghunian rumah di Indonesia tahun 2014 sebesar 7,6 juta unit. Konsep menghuni dalam perhitungan backlog ini mengasumsikan, setiap keluarga tidak harus punya rumah sendiri, tetapi pemerintah memfasilitasi/mendorong mereka terutama yang tergolong masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar bisa menghuni rumah yang layak, baik dengan cara menyewa atau mengontrak, membeli/menghuni rumah milik sendiri, maupun dengan tinggal di rumah milik kerabat/keluarga selama terjamin kepastian bermukimnya (secure tenure).

Sedangkan backlog kepemilikan rumah dihitung berdasarkan angka home ownership rate atau persentase rumah tangga (ruta) yang menempati rumah milik sendiri. Sumber yang digunakan dalam perhitungan backlog kepemilikan rumah adalah data Badan Pusat Statistik (BPS). Cara perhitungannya sederhana. Yaitu, dengan mengalikan jumlah ruta dengan persentase ruta yang sudah punya rumah sendiri. Tahun 2010 misalnya, BPS menyebutkan ada 61,39 juta ruta di Indonesia. Yang punya rumah sendiri 78% atau 47,88 juta ruta. Jadi, ada housing backlog sebesar 13,5 juta. Tahun 2015 menurut BPS jumlah ruta naik menjadi 65,5 juta. Begitu pula ruta yang punya rumah sendiri, meningkat menjadi 82,63% atau 54,12 juta. Dengan demikian housing backlog turun menjadi 11,37 juta unit. Artinya, tahun 2015 ada 11,37 juta ruta di Indonesia, baik yang tergolong MBR maupun non MBR, yang menghuni rumah bukan milik sendiri.

Dosen dan pengamat perkotaan dari ITB Tjuk Kuswartojo (sekarang almarhum) dalam sebuah wawancara dengan AyoProperti sekian tahun lalu, mengritik data backlog tersebut. Menurutnya, di Indonesia istilah backlog sudah melenceng dari definisi awalnya. Di luar negeri backlog berarti rumah yang mesti diadakan tapi belum dibangun. Nah, apakah backlog yang diklaim 11,37 juta itu memang rumah yang harus diadakan tapi belum dibangun? Kalau iya, di mana lokasinya, seperti apa rumahnya, untuk siapa rumah itu diadakan, dan apakah mereka memang membutuhkan rumah sendiri?

Di negara maju, jelas Tjuk yang pernah menjadi Kepala Kelompok Keahlian Perumahan-Permukiman (KKPP) ITB itu, kebutuhan rumah dihitung menurut stratifikasi sosial oleh setiap distrik dan kota. Berdasarkan data itu ditentukan rumah baru yang perlu dibangun, lokasinya, bentuk rumahnya, dan kelompok sasarannya. Rumah yang sudah jadi tapi kosong diperhitungkan juga dalam rencana pembangunan rumah baru itu, supaya penggunaan anggarannya efisien. Total rumah terbangun dilebihkan 2–3 persen dari kebutuhan, supaya penduduk mudah mendapatkan rumah sesuai kebutuhan masing-masing. 


Dapatkan berita update AyoProperti.com di Google News


Read more stories:

3 Tahun Backlog Rumah Turun Hampir 3 Juta Unit

Backlog Nggak Usah Diributin, Kepemilikan Rumah Meningkat Kok

Katanya Backlog 12,7 Juta, Kok Penjualan Rumah Melempem?