Rumah Rp200-600 Juta Paling Banyak Dicari

Rumah Rp200-600 Juta Paling Banyak Dicari

Ilustrasi rumah menengah dengan harga lebih terjangkau di sebuah proyek real estate di Cikarang, Bekasi


Insentif free PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 11% untuk rumah seharga hingga Rp2 miliar yang dilansir pemerintah sejak awal November 2023, memicu peningkatan pencarian rumah seharga di bawah Rp2 miliar. Di platform properti online Lamudi misalnya, lebih dari 82% pencarian menyasar hunian seharga di bawah Rp2 miliar. Untuk rumah tapak yang paling banyak dicari rumah di rentang harga Rp200 juta - Rp600 juta per unit. Yaitu, mencapai 33% dari total pencarian sepanjang November. Sedangkan untuk hunian vertikal, yang paling banyak dicari (hampir 30% dari total pencarian) aparteman seharga Rp600 juta - Rp1,6 miliar.

"Tingginya pencarian hunian dengan harga terjangkau menunjukkan, saat ini harga menjadi faktor utama dalam pemilihan hunian baik berupa rumah tapak maupun apartemen," kata CEO Lamudi Indonesia Mart Polman, melalui siaran pers akhir pekan lalu. Pilihan lokasi hunian terjangkau itu di pinggiran Jakarta. Pilihan paling banyak di Bekasi (15,8 persen), disusul Tangerang (13,3 persen), Bogor (12,8 persen), dan kota-kota lain.

Baca Juga: Insentif PPN Dongkrak Penyaluran KPR Tapi Belum Maksimal

Sebelumnya kepada AyoProperti.com, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda mengungkapkan hal senada. Menurutnya, kelompok menengah adalah pasar terbesar bisnis properti. Kemampuan kebanyakan kaum menengah itu saat ini adalah rumah seharga Rp200 jutaan sampai Rp500 juta per unit. Sayangnya, sangat sedikit developer real estate yang mau melayani permintaan rumah di rentang harga tersebut. Kalaupun ada, lokasi dan kualitas pengembangannya tidak selaras dengan preferensi kelas menengah yang umumnya kaum milenial itu.

"Kebanyakan developer sekarang menawarkan rumah seharga di atas Rp600 juta sampai di atas Rp1,5 miliar. Semuanya disambut pasar cukup baik. Jadi, tidak ada insentif bagi developer untuk menawarkan rumah seharga di bawah Rp600 juta kendati pasarnya paling besar," kata Ali.

Ia menambahkan, pasar properti di Indonesia tergantung suplai (supply driven) karena kebutuhannya yang masih tinggi. Kalau developer mau menawarkan produk yang lebih sesuai dengan permintaan terbesar, pasar akan bergairah. "Masalahnya hampir tidak ada developer yang mau melakukannya. Pasca pandemi Covid-19 yang merontokkan penjualan, developer ingin segera mengkompensasinya dengan melansir produk properti yang memberikan keuntungan lebih banyak," jelas Ali.    


Dapatkan berita update AyoProperti.com di Google News


Read more stories:

Insentif PPN Dongkrak Penyaluran KPR Tapi Belum Maksimal

Milenial Akan Jadi Penggerak Pasar Properti 2024

42.000 Unit Kondominium di Jabodetabek Belum Laku

2024 Pasar Apartemen Masih Didominasi Segmen Menengah Bawah dan Menengah

7 Properti Komersial Baru Tahun 2023